Ancaman Kesehatan di Balik Nikmat Vape
4 jam lalu
Hampir seluruh cairan vape mengandung nikotin, zat adiktif yang menyebabkan ketergantungan.
***
Wacana ini ditulis oleh Isnaini Fajarwati, Luthfiah Mawar M.K.M., dan Dr. M. Agung Rahmadi, M.Si. Lalu diedit oleh Aisyah Umaira, Andieni Pratiwi, Andine Mei Hanny, Dwi Keisya Kurnia, dan Naila Al Madina dari IKM 6 Stambuk 2025, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UIN Sumatera Utara.
Dalam wawancara dengan sejumlah remaja di kota besar, banyak yang mengaku mencoba vape karena penasaran, dorongan teman sebaya, atau sekadar ingin terlihat kekinian. Fenomena ini menunjukkan bagaimana rokok elektrik, yang lebih dikenal dengan istilah vape, telah menyusup ke kehidupan generasi muda dengan cara yang sangat halus.
Popularitas vape meningkat pesat karena dikemas dalam citra modern, rasa yang beragam, dan kampanye promosi yang menjanjikan bahwa vape lebih aman dibanding rokok konvensional. Realitas ini menarik perhatian banyak remaja dan mahasiswa untuk mencoba, meski di balik kemasan stylish tersebut tersimpan risiko serius yang berpotensi merusak kesehatan, memengaruhi pola hidup, dan mengancam kualitas generasi penerus bangsa.
Vape dirancang sebagai alternatif rokok tembakau, bekerja melalui sistem pemanasan cairan yang menghasilkan uap. Cairan tersebut umumnya mengandung nikotin, perasa, propilen glikol, dan gliserin.
Keunggulan utama vape terletak pada bentuknya yang menyerupai perangkat modern, desain yang menarik, pilihan rasa mulai dari buah, kopi, hingga permen, serta promosi yang menekankan kesan lebih ringan dan sehat. Tekanan lingkungan pergaulan juga mendorong remaja untuk mencobanya agar tidak merasa berbeda. Kombinasi faktor-faktor ini mempercepat penyebaran vape di kalangan generasi muda, bahkan pada usia yang sangat dini.
Meski dianggap lebih aman, vape tetap menghadirkan risiko signifikan bagi kesehatan. Hampir seluruh cairan vape mengandung nikotin, zat adiktif yang menyebabkan ketergantungan. Otak remaja, yang masih dalam tahap perkembangan, sangat rentan terhadap nikotin.
Konsumsi vape dapat menurunkan konsentrasi, mengganggu daya ingat, dan meningkatkan risiko kecanduan jangka panjang. Beberapa cairan vape juga mengandung bahan kimia perasa bernama diacetyl yang dapat merusak paru-paru, menyebabkan penyakit serius yang dikenal sebagai bronchiolitis obliterans atau popcorn lung, ditandai dengan sesak napas, batuk kronis, dan napas berbunyi mengi. Kondisi ini secara signifikan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Bahaya kesehatan tidak berhenti pada paru-paru. Nikotin yang masuk ke tubuh dapat memicu kenaikan tekanan darah dan mempercepat detak jantung, sehingga meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Uap cairan vape yang mengandung partikel halus dapat mengiritasi paru-paru, memicu peradangan, dan memperburuk kondisi pernapasan. Lebih jauh, karena vape relatif baru, dampak jangka panjangnya belum sepenuhnya diketahui, namun data awal menunjukkan bahwa risiko kesehatan dari vape tidak kalah serius dibanding rokok konvensional.
Selain aspek fisik, vape memengaruhi kondisi psikologis dan sosial remaja. Nikotin dapat memicu gangguan kecemasan, perubahan mood, bahkan depresi. Ketergantungan nikotin juga menurunkan konsentrasi, yang berdampak pada prestasi akademik, sehingga potensi penurunan nilai sekolah atau kuliah menjadi nyata. Dari sisi sosial, meski sebagian kalangan menilai vape sebagai simbol gaya hidup keren, masyarakat luas sering memandangnya sebagai perilaku negatif yang mencoreng reputasi individu. Penggunaan vape pada usia muda juga meningkatkan kemungkinan terjerumus pada perilaku berisiko lain, termasuk mencoba rokok konvensional, alkohol, atau narkoba.
Generasi muda rentan terjerat vape karena kurangnya pemahaman tentang bahaya yang sesungguhnya. Banyak remaja percaya pada mitos bahwa vape tidak berbahaya, sementara promosi di media sosial yang menekankan citra modern semakin memperkuat kesalahpahaman tersebut. Pergaulan sebaya juga memainkan peran penting karena remaja tidak ingin merasa berbeda dari teman-temannya. Selain itu, variasi harga yang luas, dari yang murah hingga mahal, mempermudah akses berbagai kalangan, sementara lemahnya pengawasan penjualan memungkinkan anak di bawah umur memperoleh vape dengan mudah.
Kasus nyata menunjukkan dampak serius penggunaan vape. Laporan medis mencatat remaja yang harus menjalani perawatan rumah sakit akibat kerusakan paru, dengan beberapa membutuhkan bantuan ventilator. Di Amerika Serikat, ratusan kasus EVALI (E-cigarette or Vaping Associated Lung Injury) telah dilaporkan, yang secara langsung dikaitkan dengan rokok elektrik. Data ini menegaskan bahwa vape bukan tren yang aman untuk diikuti.
Dampak luas dari penggunaan vape tidak hanya merugikan individu, tetapi juga mengancam masa depan bangsa. Generasi muda merupakan aset strategis sebagai penerus bangsa. Ketika mereka terjerat kecanduan vape, kualitas sumber daya manusia menurun akibat gangguan kesehatan. Beban ekonomi meningkat akibat biaya pengobatan penyakit terkait vape. Penurunan prestasi akademik juga mengurangi produktivitas jangka panjang. Jika fenomena ini dibiarkan, bukan tidak mungkin kita menghadapi generasi yang rapuh secara fisik maupun mental, bahkan sebuah lost generation.
Karena itu, peran semua pihak sangat penting. Keluarga harus memberikan edukasi sejak dini mengenai bahaya nikotin, sekolah perlu memperketat aturan bebas vape dan menyelenggarakan penyuluhan rutin, pemerintah harus memperkuat regulasi penjualan dan promosi, termasuk melarang iklan yang menargetkan anak muda, sementara masyarakat diharapkan mengingatkan lingkungan sekitar agar tidak terjerat tren merusak ini. Generasi muda harus menyadari bahwa vape bukan simbol kebebasan atau modernitas, melainkan jebakan ketergantungan yang merusak masa depan.
Sebagai alternatif, remaja dapat memilih aktivitas yang sehat dan bermanfaat, seperti olahraga, kegiatan seni, komunitas kreatif, literasi, atau kewirausahaan. Aktivitas tersebut tidak hanya menjaga kesehatan, tetapi juga membangun karakter positif, memperluas jaringan sosial, dan menumbuhkan rasa percaya diri tanpa bergantung pada vape.
Pada akhirnya, meski vape terlihat sebagai gaya hidup modern yang menarik, di balik rasa manis dan desain trendi tersimpan risiko kecanduan nikotin, kerusakan paru-paru, penyakit jantung, hingga gangguan psikologis. Jika tidak dikendalikan, generasi muda akan menghadapi risiko menjadi rapuh dan kehilangan arah. Sudah saatnya keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah bersatu untuk melindungi generasi muda dari bahaya vape. Menjaga kesehatan dan memilih hidup tanpa vape bukan sekadar pilihan pribadi, melainkan investasi strategis bagi masa depan bangsa.
Corresponding Author: Isnaini Fajarwati ([email protected] )

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Cara Menjaga Kualitas Tidur
4 jam lalu
Ancaman Kesehatan di Balik Nikmat Vape
4 jam laluBaca Juga
Artikel Terpopuler